Mengenyahkan si (Kista) Bartholin

Ha! Ternyata butuh waktu 5 bulan untuk lanjutin cerita tentang si kista yang mengilukan itu!

Saya hampir lupa kalau saya “menjanjikan” diri sendiri untuk nulis pengalaman operasi ketiga saya sampai akhirnya saya buka blog lagi setelah hiatus selama berbulan-bulan. Part 1 bisa dibaca di sini.

Okay. Mari dilanjutkan.

Saya mulai operasi sekitar jam 11 siang dan selesai jam 2 siang. Karena ada riwayat alergi bius lokal di masa lalu, jadi saya dibius total. Bangun-bangun seperti operasi-operasi sebelumnya, saya mabuk berat. Mual-mual. Tapi, mungkin ini karena efek perut kosong karena puasa semalaman dan efek obat bius yang ngeselinnya suka bikin jackpot. Untungnya kali ini saya ngga sampe muntah-muntah kayak operasi sebelumnya. Tapi saya kelaparan parah. Jadinya, saya crancky abis ke semua suster dan terus nanya, “Saya kapan dikasih makan, suuuuuusss???”

Setelah meneror suster-suster, akhirnya saya dikasih makan juga sekitar jam 5 sore…

Menjalani operasi di organ-organ vital memang ngga pernah enak. Hari setelah operasi saya kayak orang abis lahiran aja. Duduk susah, jalan susah, nyeri di bagian lukanya amit-amit. Untung dikasih obat pereda nyeri, jadi lumayanlah. Selama di RS juga saya harus pakai pad sejenis pembalut melahirkan selama luka operasinya masih basah.

Nah, kali ini, pascaoperasi saya ternyata ngga berjalan mulus. Malam hari setelah operasi, saya demam. Paginya, setelah ditinggal suami kerja, saya menggigil parah dan suhu badan sampai di atas 38 derajat celsius. Yang ditakutkan saya ada komplikasi/infeksi. Akhirnya dosis antibiotik pun ditambah. Thanks God demamnya hanya berjalan satu hari, tapi itu justru yang bikin saya ngga dibolehin pulang sama obgyn saya. Yang tadinya rencana nginep di RS cuma dua hari, malah jadi lima hari! Uhuk, yang paling ngga bisa ya nahan kangen ke anak :(.

Mungkin banyak yang bertanya-tanya, si kista bartholin ini diapain sama si obgyn? Karena kista ini adalah tumor yang isinya cairan (dalam kasus saya udah jadi nanah), langkah utamanya adalah memecahkan si tumor dan mengeluarkan semua cairannya. Obgyn saya membuat bukaan di kelenjar bartholin agar nanahnya keluar semua. Jadi, bukan menutup, tapi justru membuat sayatan di kelenjar itu untuk tetap terbuka sampai kering dan sampai ngga ada nanah lagi di sana. Dalam beberapa hari, jahitan yg nahan bukaan itu akan lepas sendiri dan kelenjarnya akan nutup sendiri.

Pengandaiannya seperti kalau kita mengganjal pintu. Misalnya, kita habis masak dan satu rumah jadi bau asap. Untuk ngeluarin asap itu, kita buka pintu rumah lebar-lebar dan ganjel pintu pakai kursi atau apa pun yang bisa bikin si pintu ga nutup sendiri. Nah, si asap itu ibaratnya nanah si tumor, pintu itu adalah si kelenjar bartholin, dan si kursi dll adalah jahitannya. Kalau kursinya diambil atau ngga sengaja jatuh/kegeser, pintu secara otomatis akan nutup. Kira-kira begitu pengandaiannya.

Saya butuh waktu kira-kira 2 minggu untuk pulih total dan bisa jalan normal. Rasanya surga banget ketika bisa duduk dengan nyaman dan ngga lagi bikin abang ojek kehilangan keseimbangan karena saya ga bisa duduk diem.

FYI, kista bartholin ini bisa terulang lagi dan lagi. Apalagi kalau udah pernah kena, kemungkinan untuk kena lagi biasanya lebih besar. Cara mencegah si kista ini muncul adalah dengan menjaga area intim agar selalu kering. Pakai air bersih untuk basuh, sering ganti CD, pantyliner, dan pembalut. Oh ya, kalau terpaksa banget pakai fasilitas WC umum, pastikan dudukannya steril (bisa bawa cairan steril untuk dudukan kloset/alas dudukan kloset yg disposable), juga semprotan dan tisunya bersih! Karena kita ngga pernah tahu kan tingkat higienitas WC umum seperti apa. Better safe than sorry like me!

Salam,

Saya-yang-udah-ngerasain-kista-bartholin-dua-kali